Jumat, 07 Maret 2014

Tugu Lilin Di Gedung Agung Yogyakarta

Tugu Lilin , begitulah warga mengenal monumen setinggi sekitar 2 meter itu. Sebenarnya bentuk monumen itu tidak mirip dengan lilin karena berbentuk silinder dengan ujung atasnya yang  meruncing dan berwarna hitam . Entah karena ujungnya yang sepintas mirip ujung lidah api pada lilin yang menyala yang membuat Sebutan Tugu Lilin itu diberikan untuk lebih mudah mengenali monumen yang ada di kawasan Istana Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Istana Presiden yang juga dikenal  dengan Nama Gedung Agung ini berada di  pusat kota Jogjakarta. Tepatnya  di ujung selatan jalan Akhmad Yani dan berhadapan dengan Museum Benteng Vredeburg,bekas benteng pertahanan jaman Belanda . 
Kompleks Istana menghadap ke arah timur dan dibangun di atas lahan seluas 43.585 M2. Nama Gedung Agung itu berkaitan dengan salah satu fungsi gedung utama istana, yaitu sebagai tempat penerimaan tamu-tamu Negara atau tamu-tamu agung lainnya. 
Gedung Agung ini merupakan salah satu istana dari keempat istana kepresidenan lainnya di Indonesia, yang memiliki peran amat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejak didirikan dua abad yang lalu hingga kini, Gedung Induk kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta tidak pernah berubah; bentuknya sama seperti ketika selesai dibangun pada tahun 1869. Gedung Agung terdiri dari beberapa bagian yang tidak banyak berubah. Terdiri dari gedung induknya yaitu Gedung Agung, dan juga wisma -wismanya seperti Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu, dan Wisma Saptapratala. 
Selain keempat wisma tersebut, sejak 20 September 1995, kompleks Seni Sono seluas 5.600 meter persegi yang terletak di sebelah selatan, yang semula milik Departemen Penerangan, kini menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta. Ruangan Induknya disebut Ruang Garuda dan berfungsi sebagai ruang resmi penyambutan tamu negara atau tamu agung yang lain. Di ruangan ini pulalah kabinet Republik Indonesia dilantik tatkala ibu kota negara pindah ke Yogyakarta. 
Di sisi selatan Gedung Induk terdapat Ruangan Tidur Presiden beserta keluarga, sedangkan di sisi utara terdapat kamar tidur yang disediakan bagi Wakil Presiden beserta keluarga, dan bagi tamu negara atau tamu agung yang lain beserta keluarga. 
Di bagian depan kanan Gedung Induk terdapat ruangan yang diberi nama Ruang Soerdiman untuk mengenang perjuangan Panglima Besar Soedirman dalam memimpin gerilya melawan Belanda. 
Dari Ruang Garuda ke arah belakang terdapat ruangan besar yang lain, yaitu Ruangan Jamuan Makan dan digunakan sebagai tempat jamuan makan bagi tamu negara atau tamu agung yang lain. Di belakang ruangan jamuan makan terdapat ruangan luas, yang berfungsi sebagai Ruangan Pertunjukan Kesenian. 
Bangunan lainnya adalah Wisma Negara yang dibangun pada tahun 1980. Wisma yang mempunyai 19 kamar ini untuk bermalam para menteri dan rombongan tamu negara. Selain Wisma Negara, terdapat Wisma Indraphrasta.

Wisma ini merupakan wujud bangunan asli kantor Asisten Residen Belanda, penggagas awal didirikannya bangunan ini. Di kiri dan kanan belakang bangunan utama, di dekat Ruang Kesenian, adalah Wisma Sawojajar dan Wisma Bumiretawu. Wisma Sawojajar,di sebelah utara, disediakan bagi petugas atau rombongan staf Presiden atau tamu Negara. Sedangkan Wisma Bumiretawu disediakan bagi ajudan serta dokter pribadi Presiden atau ajudan dan dokter pribadi tamu negara. 
Wisma Saptapratala terletak di sebelah selatan, berseberangan dengan Wisma Bumiretawu . Wisma ini disediakan bagi petugas-petugas dan para anggota rombongan presiden atau tamu negara. Kompleks Seni Sono mulai dipugar tahun 1995 dan terdiri dari gedung auditorium, gedung tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni, gedung pameran dan perkantoran. Gedung yang digunakan sebagai tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni semula adalah bangunan kuno yang dibangun Belanda pada tahun 1911 dan terakhir digunakan sebagai kantor PWI / Antara. 
Di halaman depan Gedung Agung "dijaga" oleh dua buah patung besar Dwarapala yang juga disebut Gupala, masing-masing setinggi dua meter. Kedua patung ini berasal dari salah satu tempat di sebelah selatan Candi Kalasan.

Selain itu juga ada monumen yang disebut Dagoba yang terbuat dari batu andesit setinggi 3 meter di depan Gedung Induk. Monumen itu berasal dari Desa Cupuwatu, di dekat Candi Prambanan. Orang Yogyakarta menyebut Monumen Dagoba sebagai Tugu Lilin karena bentuknya seperti seperti lilin yang senantiasa menyala. 
Monumen itu melambangkan kerukunan beragama, yaitu agama Hindu Ciwa dan agama Budha: agama Hindu Ciwa dilambangkan dengan Lingga, yang menopang stupa sebagai lambang agama Budha.

Istana kepresidenan Yogyakarta dirikan pada bulan Mei 1824. Awalnya adalah rumah kediaman resmi residen Belanda Ke-18 di Yogyakarta (1823-1825) yang bernama Anthonie Hendriks Smissaert, yang sekaligus merupakan penggagas atau pemrakarsa pembangunan gedung Agung.

 
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  
OLeh-oleh Khas Tuban 

Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk
Uniknya Memancing Di Ranu Grati Pasuruan 
Sejuta Kisah Menarik Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Jejak Perjuangan Bangsa Di Museum Benteng Vredeburg  
Koleksi Wayang Kulit Di Museum Santet

Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio


Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 
Eksotisme Tradisi dan Budaya Dalam Pengantin Betawi
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga

Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban 
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah 
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban 

Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna
Koleksi Tengkorak Manusia Di Museum Santet
Sumur Gemuling Yang Keramat Di Makam Sunan Bejagung

Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong 
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura 
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
Oleh-oleh Dendeng Tokek Dari Probolinggo

Ancaman Maut Di Anak Gunung Kelud 
Jejak Vandalisme Makam Belanda Di Surabaya
Spa Alami Di Wisata Gunung Kelud 
Penampakan Hantu Di Petilasan Gembul
Kelenteng Boo Hway Bio Yang Indah Di Mojoagung

Misteri Gedung Singa Di Kota Surabaya
Nuansa Menegangkan Di Terowongan Gunung Kelud
Tauwa, Kuliner Peranakan Tionghoa Di Nusantara
Sayembara Unik Mengangkat Mesin Ketik Kuno
Sejuta Kekaguman Di Wisata Gunung Kelud

Mobil Mercedes Benz Kuno Peninggalan Bung Karno 
Relief yang Erotis Di Candi Penataran
Nostalgia Bung Karno Dengan Tokoh-tokoh Dunia
Gereja Batu Yang Unik Di Puhsarang Kediri
Patung Budha Sedang Tidur Di Mojokerto

Nostalgia Bung Karno dengan Tokoh Populer Dunia
Relief yang Erotis Di Candi Penataran
Kelenteng Hok Liong Kiong Yang Indah Di Jombang
Patung Makco Thian Shang Sen Mu Di Kediri 
Masjid Cheng Ho Yang Indah Unik Di Surabaya 

Jejak Bioskop Peninggalan Dinasti Sampoerna
Nuansa Misteri Di Mercusuar Sembilangan Madura
Patung Dewi Kwan Im Di Pantai Surabaya
Jejak Kerajaan Majapahit Di Candi Brahu
Jejak Makam Belanda Di Kota Surabaya

Sisi Lain Monumen Tugu Pahlawan Surabaya 
Ragam Kapal dan Perahu Tradisional di Lamongan 
Sosok Dokter Perintis Museum SANTET  
Meriahnya Parade Senja Di Grahadi Surabaya 
Pura Mandara Giri Semeru Yang Megah Di Lumajang

Relief Kucing Di Kelenteng Tjoe Ling Kiong - Tuban
Kota TEXAS Di Lamongan 
Museum Yang Menyimpan Benda-Benda Santet 
Harimau dan Singa Liar Di Lamongan
Benda-benda Bernuansa Mistis dan Magis di Museum
Bisnis Tokek Yang Menggiurkan Ala Probolinggo

Kuda Unik Yang Bermahkota dan Bersayap
Jejak Sekolah Presiden Soekarno Di Surabaya
Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Di Lamongan
Kisah Ali Baba Di Istana Boneka
Lukisan Ala Komik Di Kelenteng Bojonegoro 


Gadis di Tuban  Penarik Truck Dengan Menggunakan Rambut dan Gigi
Kerangka Gajah Purba Di Lamongan
Wisata Religi Di Makam Sunan Giri
Nasi Krawu Yang Nikmat dan Khas Gresik
Kue Pudak yang Nikmat dan Khas Gresik

Gedung Setan Yang Terkenal Di Surabaya
Mengenang Marching Band Sampoerna Yang Fenomenal
Indahnya Panorama Senja Di Pantai Kartini 
Pasar Tradisional Di Ranuyoso Yang Eksotis
Kelenteng Sumber  Naga Di Kota Probolinggo  

Nenek Penghuni Hutan Pinus Di Banyuwangi 
Bunker Peninggalan Belanda Di Surabaya
Wisata Guci Alit Yang Indah Di Lumajang 
Pura Luhur Poten Di Lautan Pasir Gunung Bromo

Gunung Bromo Yang Indah Dan Mengesankan
Lokomotif Kuno Di Museum Probolinggo
Legenda Tank Amfibi Peninggalan Belanda Di Ranu Grati 
 
Indahnya Masjid Agung Tuban di Malam Hari 
Kejurnas Off Road 4x4 Real Adventure di Tuban
Reog Malam Bulan Purnama Di Tuban 
Indahnya Pantai Panyuran - Tuban 
Pameran Foto Bol Brutu di House Of Sampoerna 

Kelenteng Hong Tiek Hian - Surabaya
Makam Siti Fatimah Binti Maimun Yang Unik 
Harimau di kelenteng Kwan Sing Bio 

Wanita Mini 75 cm dari Tuban 
Nuansa Nostalgia Di Pantai Tasikharjo Tuban 
Tradisi Bubur Suruh Di Makam Sunan Bonang
Buah Kenitu Yang Nikmat Dan Segar 
Kesenian Jaran Bodag Yang Eksotis dari Probolinggo

Bertemu Bajak Laut Di Lamongan
Indahnya Pasar Bunga Kayun Di Surabaya
Wisat` Laut Tuban Yang Mengecewakan
Makam Panjang 9 Meter di Gresik
Arca-arca Kuno Di Pemandian Banyu Biru  
Relief Erotis Di Situs Gua Pasir 

Rumah Kucing Di Lamongan 
Pesona Kuda Jingkrak di Tuban
Rumah Sakit Hantu Di Lamongan 
Foto Gus Dur di Kelenteng Boen Bio 
Gulai Kacang Hijau Yang Unik Ala Surabaya

Nuansa Horor Di Museum Kesehatan
Sumber Air Tawar Di Pantai Boom Tuban 
Ikon Ala Nazi di Kelenteng Kwan Sing Bio
Situs Bangunan Kuno Di Kayangan Api 
Rumah Gajah Mungkur Yang Indah Dan Unik

Pondok Pesantren Dalam Gua Yang Fenomenal
Minuman Legen Yang Nikmat dan Segar
Jejak Majapahit di Candi Jabung  
Uang Lama Dan Kuno Keluaran Probolinggo
Kesenian Singo Ulung Yang Eksotis Dari Bondowoso


 Tips Mencari  Dan Mendapatkan Pemasang Iklan Di Blog

 Tips Mencari dan Mendapatkan Pemasang Iklan Di Blog #2

Tips Mencari dan Mendapatkan Pemasang Iklan Di Blog #3 

Mengenal Karakter Pemasang Iklan Di Blog  
================================================================
Arsitek Gedung Agung adalah A. Payen dan bentuk bangunan beraliran arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan iklim Negara tropis. Pecahnya Perang Diponogero (1825-1830), yang oleh Belanda disebut Perang Jawa, mengakibatkan pembangunan gedung jadi tertunda. Musibah / gempa bumi terjadi dua kali pada hari yang sama, menyebabkan tempat kediaman resmi residen Belanda itu runtuh. 
Namun bangunan baru didirikan dan rampung pada tahun 1869. Bangunan inilah yang menjadi Gedung Induk Kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta, yang kini disebut Gedung Negara. Sejarah juga mencatat bahwa pada tanggal 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi. Penguasa tertinggi Belanda bukan lagi residen, melainkan gubernur. 
Dengan demikian, gedung utama yang selesai dibangun pada 1869 tersebut menjadi kediaman para gubernur Belanda di Yogyakarta hingga masuknya pendudukan Jepang. Beberapa Gubernur Belanda yang mendiami gedung tersebut adalah J.E Jasper (1926-1927), P.R.W van Gesseler Verschuur (1929-1932), H.M de Kock (1932-1935), J. Bijlevel (1935-1940), serta L Adam (1940-1942). Pada masa pendudukan Jepang, istana ini menjadi kediaman resmi penguasa Jepang di Yogyakarta, yaitu Koochi Zimmukyoku Tyookan.

Riwayat Gedung Agung itu menjadi sangat penting dan sangat berarti tatkala pemerintahan Republik Indonesia hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta yang mendapat julukan Kota Gudeg tersebut resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda, dan istana itu pun berubah menjadi Istana Kepresidenan sebagai kediaman Presiden Soekarno, Presiden I Republik Indonesia, beserta keluarganya. Pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948, Yogyakarta digempur oleh tentara Belanda di bawah kepemimpinan Jenderal Spoor. 
Peristiwa yang dikenal dengan Agresi Militer II itu mengakibatkan Presiden, Wakil Presiden, Perdana Menteri, beserta beberapa pembesar lainnya diasingkan ke luar Pulau Jawa, tepatnya ke Brastagi dan Bangka, dan baru kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949. Mulai tanggal tersebut, istana kembali berfungsi sebagai tempat kediaman resmi Presiden. Namun, sejak tanggal 28 Desember 1949, yaitu dengan berpindahnya Presiden ke Jakarta, istana ini tidak lagi menjadi kediaman Presiden. 
Sebuah peristiwa sejarah yang tidak dapat diabaikan adalah fungsi Gedung Agung pada awalnya berdirinya Republik Indonesia (tanggal 3 Juni 1947). Pada saat itu Gedung Agung berfungsi sebagai tempat pelantikan Jenderal Soedirman, selaku Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selain itu, selama tiga tahun (1946-1949), gedung ini berfungsi sebagai tempat kediaman resmi Presiden I Republik Indonesia. 
Sejalan dengan fungsinya kini, lebih dari 65 kepala negara dan kepala pemerintahan dan tamu-tamu negara, telah berkunjung atau bermalam di Gedung Agung itu. Tamu negara yang pertama berkunjung ke gedung itu adalah Presiden Rajendra Prasad dari India (1958). 
Pada tahun enam puluhan, Raja Bhumibol Adulyajed dari Muangthai (1960) dan Presiden Ayub Khan dari Pakistan (1960) berkunjung dan bermalam di gedung ini. Setahun kemudian (1961), tamu negara itu adalah Perdana Menteri Ferhart Abbas dari Aljazair. Pada tahun tujuh puluhan, yang berkunjung adalah Presiden D. Macapagal dari Filipina (1971), Ratu Elizabeth II dari Inggris (1974), serta Perdana Menteri Srimavo Bandaranaike dari Sri Langka (1976). Kemudian, pada tahun delapan puluhan, tamu negara itu adalah Perdana Menteri Lee Kuan Yeuw dari Singapura (1980), Yang Dipertuan Sultan Bolkiah dari Brunei Darussalam (1984). 
Tamu-tamu penting lain yang pernah beristirahat di Gedung Agung, antara lain, Putri Sirindhom dari Muanghthai (1984), Ny. Marlin Quayle, Isteri Wakil Presiden Amerika Serikat (1984), Presiden F. Mitterand dari Perancis (1988), Pangeran Charles bersama Putri Diana dari Inggris (1989), dan Kepala Gereja Katolik Paus Paulus Johannes II (1989),Yang Dipertuan Agung Sultan Azlan Shah dari Malaysia (1990), Kaisar Akihito Jepang (1991), dan Putri Basma dari Yordania (1996). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar